Ketinggian Baru Telah Dicapai, Tebing Parang Tower III; Operasional Pengembaraan Tim Panjat Tebing AMCK

Masa pengembaraan merupakan masa penerapan kemampuan Anggota Muda (AM) dalam manajemen suatu kegiatan dengan kriteria tertentu. Operasional pengembaraan adalah tahap terakhir sebagai AM dalam persiapan, pemantapan, penambahan skill, dan pengaplikasian materi yang telah didapat dalam melaksanakan kegiatan dengan kriteria sesuai Kurikulum dan Petunjuk Pelaksana Diklat dan standar manajemen yang baik. Selama kegiatan pengembaraan, Tim Panjat Tebing telah melaksanakan 9 metodologi sesuai rencana operasional yang telah dibuat yaitu manajemen perjalanan, pengenalan medan, bagian-bagian tebing, pemahaman peralatan, pengetahuan tingkat kesulitan medan pemanjatan (grade), sistem dan metode pemanjatan, transferring, Single Rope Technique (SRT), dan pemetaan jalur.  Kegiatan ini telah terlaksana pada 26 Oktober–4 November 2024, yang diikuti oleh empat orang Anggota Muda yaitu Ali Sabab Izzul Abi, Achmad Muchlisin, Fahriel Fernandes Mafu, dan Nadia Naurotul Ahadiyah, serta ditemani oleh dua orang pendamping dari Anggota Biasa yaitu Sabrina Abeallya Afthoni (NRP.UPL-2021473/CE) dan Wahyu Fajar Subekti (NRP.UPL-2023503/EK). Kegiatan pemanjatan ini bukan hanya dilakukan sebagai bentuk latihan, tetapi juga sebagai salah satu syarat Anggota Muda untuk mendapatkan Nomor Registrasi Pokok (NRP). Untuk itu, kami Anggota Muda Cakar Karang melaksanakan operasional pengembaraan, yaitu Operasional Pengembaraan Pemanjatan Tebing Tebing Parang Tower III, Purwakarta, Jawa Barat.

Gambar 1. Jalur Lama Tebing Parang Tower III yang dilewati AM CK

            Tebing Parang berada di Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Secara geografis Tebing Parang berada di titik koordinat 6° 35'12" LS - 107° 20'56" BT. Karakteristik dari batuan Tebing Parang yaitu batuan andesit tua dan berkapur dengan tekstur yang kasar dan tidak licin. Tebing ini dibagi menjadi tiga tower yaitu Tower I yang berada di sebelah selatan, Tower II yang terapit berada di bagian tengah, dan Tower III yang berada di sebelah utara. Masing-masing tebing memiliki ketinggian jalur pemanjatan dan top tebing yang berbeda-beda. Pada Tower III terdapat 3 jalur pemanjatan yang titik start-nya cukup berjauhan, dua jalur diantaranya buatan organisasi IBEX yang dinamakan jalur merah dibuat pada tahun 2022 lalu dan satu jalur lainnya merupakan jalur lama yang sebelumnya pernah dipanjat oleh angkatan Anagata Naraya pada tahun 2019. Jalur lama Tower III ini yang digunakan oleh angkatan Cakar Karang untuk operasional pengembaraan. Jalur ini memiliki total ketinggian jalur pemanjatan ±350 meter dari dasar tebing dan memiliki 9 pitch (terasan) untuk menuju top tebing. Berdasarkan para pembuat dan pemanjat jalur sebelumnya, Tebing Parang Tower III memiliki grade berkisar 5a+–6c atau 5.8–5.10 (grade YDS), yaitu moderate to expert level (tingkat sedang hingga ahli), karena terdapat overhangs, lebih sedikit pijakan kaki, dan jarak antar pegangan cukup jauh. Tower III memiliki banyak crack jalur air yang dapat dimanfaatkan untuk scrambling, walaupun beberapa hanger-nya mulai berkarat tetapi masih sangat kuat untuk dijadikan penambat. Perjalanan dari Basecamp Tebing Parang (Rumah Kang Suher) menuju ke dasar tebing terbilang cukup dekat karena hanya memerlukan waktu selama 10-15 menit (berjalan kaki) ke arah barat daya dengan melewati pintu masuk wisata Badega Gunung Parang. Setelah tiga belokan tangga, ada jalan setapak pertigaan tanah belok ke kiri dengan patokan terdapat batu besar disebelah kiri jalan tangga. Selanjutnya naik menuju hutan sekitar lima menit sudah sampai di dasar tebing Tower III jalur lama. Area dasar tebing terbilang teduh dan cukup luas untuk dijadikan tempat camp, bisa memuat 2-3 flysheet, serta masih ada area untuk belay bawah.

Gambar 2. Tempat Camp Tebing Parang Tower III

Jalur pemanjatan dari dasar tebing menuju pitch 1 menggunakan 15 runner dengan masing-masing jarak per-hanger ±2-3 meter. Grade dari jalur ini masih terbilang mudah karena belum terdapat overhang, jalurnya signifikan lurus tidak berkelok, dan mengikuti crack jalur air, namun jalur ini licin apabila setelah terguyur hujan. Pitch 1 memiliki ketinggian 35 meter dari dasar tebing, luasnya ±3 m x 2 m, terdapat 4 hanger berjajar yang masih kuat meskipun sudah berkarat,cukup nyaman untuk beristirahat walau tanpa hammock, alasnya merupakan tanah sisa rerumputan.

Gambar 3. Pitch 1 ketinggian 35 meter


Gambar 4. Pemandangan dari Pitch 1

Jalur pemanjatan dari pitch 1 menuju pitch 2 menggunakan 8 runner dengan masing-masing jarak per-hanger ±3-4 meter. Grade dari jalur ini terbilang cukup sulit karena jalurnya membentuk zig-zag menuju hanger selanjutnya, namun masih banyak pegangan dan pijakan untuk scrambling. Pitch 2 memiliki ketinggian 65 meter dari dasar tebing, terdapat 7 hanger berjajar (3 di sebelah kiri dan 4 di sebelah kanan) yang cocok dijadikan hanging camp menggunakan hammock dan terdapat 2 hanger tambahan pada sisi kanan yang merupakan hanger jalur pemanjatan selanjutnya. Pada pitch 2 ini memiliki tempat untuk dudukan yang cukup banyak dan hampir disetiap hanger di dekatnya bisa dijadikan dudukan langsung.

Gambar 5. Pitch 2 ketinggian 65 meter

Gambar 6. Pemandangan dari Pitch 2

Jalur pemanjatan dari pitch 2 menuju pitch 3 terbilang sulit, karena harus menggunakan kekuatan tangan dan kaki dalam pemanjatan disertai dengan keseimbangan. Beranjak dari pitch 2 untuk meraih hanger selanjutnya harus merangkak sedikit ke kanan hingga berada menyamping dari belayer 1 dan 2 seperti melewati punggungan kecil, sehingga tali karmantel menekuk begitu signifikan yang menyebabkan leader sudah tidak terlihat oleh belayer. Total runner yang terpakai dari pitch 2 menuju pitch 3 yaitu 12 runner dengan masing-masing jarak per-hanger ±3-4 meter. Pitch 3 memiliki ketinggian 95 meter dari dasar tebing, luasnya ±4 m x 3 m, terdapat 9 hanger berjajar (6 di sebelah kiri dan 3 di sebelah kanan), untuk mempermudah mobilitas disarankan memasang webbing untuk akses menggantungkan barang pada pitch. Jalur pemanjatan selanjutnya mengambil ke arah kanan dengan jarak hanger terdekat ±3 meter dengan memanfaatkan celah besar. Tingkat kesulitan pada pemanjatan menuju pitch 3,5 terbilang sulit karena minimnya pijakan dan jarak per-hanger ±4-5 meter, serta terdapat overhang setinggi 5 meter sebelum sampai ke pitch 3,5. Total runner yang digunakan dari pitch 3 menuju pitch 3,5 yaitu 12 runner. Pitch 3,5 memiliki ketinggian 130 meter dari dasar tebing, berupa dataran yang cukup miring, dan terdapat 10 hanger berjajar pada dinding tebing (dua diantaranya terdapat terdapat MR oval yang bisa digunakan untuk SRT descending). Luasan dari pitch 3,5 ±3 m x 3 m dengan dataran miring dan cukup nyaman apabila dipasang hammock dengan posisi menggantung.

Gambar 7. Persiapan SRT Descending

Gambar 8. Perjalanan menuju pitch 3,5

Operasional hari ke-6 hingga ke-8, tim memutuskan menggunakan sisa hari dengan mencuci alat dan mencicil laporan. Pada hari ke-8 operasional, tim melakukan salah satu pengabdian pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu bakti pendidikan dan lingkungan yang bertema “Pola Hidup Bersih; Kebersihan Diri dan Lingkungan”. Tim menerapkan tentang kepedulian akan lingkungan sekitar dengan dapat membedakan sampah organik dan anorganik, kemudian tata cara mencuci tangan yang benar dan bersih kepada siswa/i MI Swasta Nurul Azhar Tegalwaru.

Gambar 9. Bakti Pendidikan Praktik cuci tangan yang baik dan benar

Gambar 10. Foto Bersama siswa/i MIS Nurul Azhar

Finally, Pengembaraan Anggota Muda Cakar Karang Tim Panjat Tebing Telah Usai

Ikuti terus lini masa Tim Panjat UPL MPA UNSOED The Next Generation. Salam Panjat!

 “ CLIMB NOW OR NEVER ! “

             HELLO GENK !!🦉🔥

Posting Komentar

0 Komentar